Sabtu, 28 September 2019

Pertama dalam Sejarah, Astronaut Bikin Beton dari Adonan Semen di Antariksa



Selama sekitar 5.000 tahun silam, beton menjadi bahan pokok konstruksi bangunan di Bumi. Sekarang, para peneliti akhirnya membawa material ini ke angkasa luar
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan NASA  berhasil mengolah 'adonan' dari campuran semen bahan utama pemroduksi beton dalam lingkungan nol gravitasi di Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS).
Sebagai bagian dari percobaan yang disebut Microgravity Investigation of Cement Solidification, para ahli menyatukan: tricalcium silicate, kapur yang terhidrasi, dan air suling menjadi blok-blok semen.
Bahan-bahan itu kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus dan dibiarkan mengeras selama 42 hari melalui proses yang disebut hidrasi (hydration).
Hasilnya menunjukkan bahwa 'adonan' tersebut dalam mikro gravitasi-memang dapat menjadi padat seperti yang ada di Bumi pada umumnya. Namun, semen ini berbeda dengan semen Bumi. Semen aangkasa luat memiliki beberapa fitur mikroskopis yang unik.
Karena penelitian baru ini adalah penelitian pertama yang bertujuan untuk membandingkan semen angkasa luar dengan semen Bumi, maka studi tersebut dinilai mampu membuka 'pintu' bagi para ilmuwan untuk mengembangkan cara-cara memproduksi zat-zat di berbagai kondisi gravitasi.
"Jika manusia ingin mendirikan permukiman di Bulan atau koloni di Mars pada tahun-tahun mendatang, kita mungkin perlu menguasai teknik pencampuran semen di dunia lain," kata astronaut NASA yang melakukan percobaan ini, Serena Aunon-Chancellor, dikutip dari astronomy.com, Jumat (13/9/2019).

Perbandingan dengan Semen Bumi
Para peneliti menemukan bahwa kurangnya gravitasi yang kuat di ISS membuat semen angkasa luar mengeras dengan tingkat kepadatan yang mengejutkan.
sementara itu, di Bumi, semen yang dicampur dengan bahan lain (seperti pasir, kapur, dan air) mengembangkan struktur yang lebih berlapis lantaran sedimentasi yang disebabkan oleh gravitasi.
Penulis lain dari studi tersebut, Aleksandra Radlinska, seorang insinyur di Pennsylvania State University, menjelaskan kepadatan semen angkasa luar yang lebih seragam seharusnya membuat semen ini lebih kuat.
Para peneliti mencatat perbedaan mikroskopis utama lainnya: semen angkasa luar mengembangkan banyak gelembung udara besar, membuatnya lebih keropos ketimbang semen Bumi.
Menurut makalah yang diterbitkan pada awal tahun ini di Frontiers in Materials, gelembung udara tidak naik ke permukaan semen yang baru dicampur, seperti yang terjadi pada semen Bumi, di mana menimbulkan masalah pada daya apung.
"Peningkatan porositas memiliki pengaruh langsung pada kekuatan material," kata Radlinska dalam siaran pers NASA, "tetapi kami belum mengukur kekuatan material yang dibentuk ruang angkasa."
Jadi, dibandingkan dengan semen Bumi, semen angkasa luar lebih seragam dalam kepadatan (yang membuatnya lebih kuat), tetapi juga lebih berpori (yang membuatnya lebih lemah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar